Pesan untuk Mahasiswa Baru

Adik-adikku, selamat memasuki dunia baru. Dunia mahasiswa. Mungkin sudah ada yang menyampaikan berita klise ini bahwa kalian adalah satu dari hanya 2% penduduk Indonesia. Kalian adalah kaum elit yang terdidik dan tentu saja itu adalah keistimewaan.

Di tengah perjalanan nanti, kalian mungkin akan lupa hal-hal besar yang diajarkan saat pertama kali masuk kampus. Dengan desakan tugas dan bahan bacaan yang menumpuk, kalian bahkan akan merasakan lebih banyak kekesalan, kelelahan dan kebosanan dibandingkan rasa syukur. Berhentilan sejenak ketika hal itu tiba. Ingatlah ada seratus juta lebih teman kalian yang belum tentu bisa menikmati status mentereng sebagai mahasiswa.

Suatu ketika, kalian akan bertemu satu atau dua dosen yang kalian anggap tidak menyenangkan, yang lebih banyak mengerutkan dahi dan menyatukan alis kiri dan kanannya karena kesal dan tak puas. Nikmati dengan besar hati, padamkan rasa gentar dan singkirkan niat menyerah, mereka menunjukkan kepeduliannya dengan cara yang berbeda-beda. Percayalah, tidak satupun dari mereka yang tidak senang jika kalian berhasil dengan gemilang. Kerutan dahi itu adalah wakil dari kekhawatiran akan kegagalan kalian. Bersatunya alis dari kiri dan kanan adalah representasi dari kenyataan bahwa dunia memang dipenuhi hal yang tidak selalu menyenangkan. Nikmatilah.

Kalian mungkin tahu, McKinsey&Company meramalkan bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia di tahun 2030. Kalian juga mungkin sudah membaca bahwa Price Waterhouse Cooper memperkirakan kita akan menduduki posisi nomor empat di dunia di tahun 2050. Bukan kita yang mengatakannya tapi mereka. Para institusi terkemuka dunia itu yang memiliki keyakinan. Kita memang belum sampai ke sana tapi benar atau tidaknya ramalan itu ada di tangan kita. Aku berharap akan bisa melihat Indonesia di tahun 2030 dan 2050 dalam keadaan sehat, dan akan tersenyum saat mengetahui bahwa kalian ikut ambil bagian dalam mewujudkan ramalan itu. Kata Abraham Lincoln, cara terbik meramal masa depan adalah dengan cara menciptakannya.

Kalian hidup di dunia yang terhubung dengan baik. ASEAN Economic Community AEC) sudah hadir di depan mata kita. Jika kamu belum paham apa artinya itu maka simaklan cerita ini. Saat kamu lulus nanti, seorang berkebangsaan Filipina bekerja di Singapura akan  menelponmu yang tinggal di Kupang. Dia menawari sebuah proyek pemberdayaan masyarakat di sebuah desa di Vietnam bagian utara. Jika kamu tertarik, kamu harus membentuk tim yang terdiri dari orang Malaysia dan orang Thailand. Minggu depannya, kamu ditunggu di sebuah desa di Vietnam bagian utara untuk memulai koordinasi perdana. AEC itu niscaya dan itu adalah kesempatan. Kalau dulu kami hanya bisa membayangkan lowongan kerja di Jakarta, kini kamu bisa melamar kerja di Kuala Lumpur, Singapura, Manila, Yangon, Bangkok, Phnom Penh, Naypyidaw, Vientiane dan Bandar Seri Begawan tanpa banyak kendala administarif. AEC adalah peluang tapi dia bisa jadi ancaman bagi mereka yang malas bersiap diri. Pilihan ada di tanganmu.

Meski banyak kesempatan di depan mata, jalanmu tidak akan mudah. Kamu akan mengalami masa-masa terpuruk. Nilaimu buruk, semangat nyaris lenyap, teman meninggalkan, pacar mengkhianati, dosen tidak bersahabat, kiriman uang tersendat, kecanduang game online, organisasi tidak kondusif dan banyak lagi. Kamu akan punya sejuta lebih alasan untuk berhenti dan menyerah. Aku mamahmi itu. Kamu adalah manusia biasa saja. Namun jika saja masih tersisa sedikit waktu untuk merenung, ingatlah bahwa orang pertama yang akan kecewa jika kamu berhenti adalah ibumu. Mungkin beliau ada di dunia atau di tempat lain, kamu tidak ingin mengecewakannya. Berhentilah sejenak lalu ambil keputusan tepat.

Adik-adikku, kalian akan menyaksikan ketidakadilan, kejahatan, kesewenang-wenangan di sekitar kalian dalam sekitar empat tahun perjalanan intelektual. Kalian akan menyaksikan ada pihak-pihak yang tertindas oleh mereka yang memegang kuasa. Di saat itulah kamu akan bertanya pada diri sendiri. Pilihan ada di tanganmu. Jika kamu mengingat status sebagai kaum intelektual elit di negeri ini, rasanya tak salah jika kamu tergerak untuk menyampaikan kebenaran, meskipun itu dalam bentuk perlawanan yang berisiko. Meski demikian, kamu tetap harus memilih cara perjuanganmu. Turun ke jalan adalah salah satu pilihan tetapi lihatlah juga jalan lainnya. Jika turun ke jalan itu hanya kamu gunakan untuk mengepalkan tangan ke atas dan berteriak bahwa ini salah dan itu keliru, rasanya kamu justru mengerdilkan dirimu sendiri.

Kaum intelektual semestinya tidak hadir dengan hujatan dan kepalan tangan saja. Kalian semestinya hadir dengan gagasan yang dipikirkan dengan matang dan serius. Perlawanan kalian tidak hanya muncul dalam teriakan-teriakan retorika tapi juga didukung kuat oleh kajian-kajian akademik yang sepadan dengan kelihaian pelaku kejahatan.

Ingatlah, di sekitarmu ada putra-putri dari kaum kusam negeri ini yang, kata Iwan Fals, untuk makan sehari tiga kali saja sudah hebat. Sebagian dari kawanmu adalah penerima Beasiswa Bidik Misi dan mungkin memerlukan kepedulianmu suatu ketika. Lihatlah sekelilingmu dan posisikan tanganmu di atas jika waktu menghendaki. Jika kamu adalah penerima beasiswa itu, jika kamu adalah putra dari kaum kecil itu, maka bersyukurlah karena kamu adalah anak nobody yang akan menjadi somebody.

Kalian adalah penduduk asli di sebuah desa yang bernama Digital World. Sejak lahir kamu sudah melihat internet dan dunia maya serta nyata kian tipis tirainya. Sadarilah, kamu kini ada di dunia yang telah mengalami revolusi industri jilid 4. Dunia telah mengalami proses mekanisasi di Revolusi Industri jilid 1 lalu produksi masal di jilid 2 dan komputerisasi di jilid 3. Kini kita memasuki era cyber-physical system, ketika mesin dan komputer melakukan interaksi dengan baik dan otomatisasi menjadi ciri. Akan makin sedikit kebutuhan akan tenaga kerja manusia maka kreativitasmu untuk bertahan dan tetap relevan adalah tuntutan yang tidak bisa dihindarkan.

Tengoklah bahwa di tahun 2020an nanti kamu memerlukan 10 skill utama untuk bisa bertahan dan berkontribusi dengan positif seperti yang digariskan oleh World Economic Forum. Simaklah salah satu adalah cognitive flexibility yang makanya adalah bahwa kamu harus mampu menyesuiakan diri dan beradaptasi secara intelektual dengan baik. Sekat-sekat antardisiplin ilmu kian tipis dan memudar. Tak ada lagi dominasi suatu keahlian oleh sekelompok tertentu. Orang yang kuliah di Fakultas Hukum boleh dan lebih baik jika memahami pemrograman dan alogoritma komputer dengan baik. Paham akan GPS bukan lagi hanya milik orang teknik tetapi juga orang ekonomi karena teknologi geospasial itu bisa mendukung peningkatan efisiensi aktivitas ekonomi. Bukalah pikiran dan relakan diri untuk belajar banyak hal baru.

Saingan bagi bank saat ini bukanlah bank lain tetapi bisnis non-konvensional seperti Gojek karena mereka mengelola uang digital dalam jumlah besar. Perusahaan seperti Bukalapak membuat kita mudah membeli apa saja dari mana saja tanpa tahu lokasi tokonya. Inovasi cemerlang seperti yang dilakukan Traveloka membuat kita bisa bepergian dengan jauh lebih mudah.

Di waktu mendatang akan semakin banyak aktivitas atau profesi yang lenyap karena tidak relevan. Di sisi lain, akan bermunculan profesi dan peluang baru untuk kamu sambut dan raih. Jangan lupa, apa yang kamu pelajari hari ini mungkin tidak terkait langsung dengan pekerjaanmu lima tahun lagi karena dinamika dunia yang sangat cepat. Maka dari itu, yang perlu kamu pastikan adalah bersiap-siap untuk terkejut.

Adik-adikku, jika kalian pernah mengeluh bahwa bangsa ini ‘kalah’ dengan bangsa lain, sekarang lah saatnya untuk membantahnya. Jika kamu ingin Presiden kita tidak ‘kalah’ dengan presiden bangsa lain, pastikan bahwa kamu tidak ‘kalah’ dengan mahasiswa bangsa lain. Jika kamu ingin tentara kita garang dan sangar berhadapan dengan bangsa lain yang arogan, kalahkanlah mahasiswa Singapura di acara lomba ilmiah di Harvard University. Jika kamu ingin kota-kota kita sekeren dan secantik kota-kota negara maju lainnya, belajarlah lebih rajin dan lebih keras dibandingkan mahasiswa MIT di Amerika. Jika kamu merasa Youtuber luar negeri lebih cool dan keren dibandingkan Youtuber Indonesia, ambil kameramu, rekam warna-warni Indonesia dan pukau dunia digital dengan video-videomu.

Adik-adikku, ingatlah lagi, ujung barat dan timur negeri kita membentang jarak lebih dari 5000 kilometer. Itu artinya kita bahkan lebih lebar dari keseluruhan daratan utama Amerika Serikat. Di antara lebih dari 17.000 pulau di negeri kita, ada laut yang sangat luas, penghubung pulau-pulau yang seperti serakan permadani di laut Nusantara. Ingatlah pula, di Indonesia ini kita punya 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, lebih dari 80.000 desa/kelurahan dan sekitar 260 juta jiwa. Kita sedang menghadapi negara besar yang sangat kompleks. Maka jangan biarkan satu berita buruk di portal berita online mewakili imajinasimu tentang Indonesia.

Temani dirimu dengan buku-buku bermutu dan sembuhkan penyakit ‘pendangan sempit’ dengan menjelajah. Benar kata orang bijak, dunia itu seperti buku dan mereka yang tidak pernah bepergian hanya membaca sampulnya saja. Temukan dan kenali Indonesia kita agar kebijakan yang kamu buat di Ibukota di tahun 2048 nanti benar-benar mewadahi kepentingan bangsamu. Kenali Indonesia kita agar kamu tidak hanya sibuk megidolakan seni popular bangsa tetangga dan tak sempat menyadari kebijaksanaan yang terpancar dari seni budaya yang terserak dari Sabang sampai Merauke, dari Timor sampai ke Talaud.

Adik-adiku, pesan ini bisa bertambah panjang tetapi aku akan berhenti di sini. Konon, mau membaca panjang bukanlah sesuatu yang kalian banggakan di tahun 2018 ini. Terima kasih telah membantah tuduhan itu dan selamat telah menyentuh penggal terakhir pesan ini. Selamat berjuang!

by : I Made Andi Arsana, Ph.D

Komentar

Postingan Populer